-->
  • Jelajahi

    Copyright © Fakta Hukum
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Selamat IdulFitri 1445 H

    Iklan

    Iklan

    Fauzi Bahar: Sebuah Epopea Perjalanan Hidup Seorang Putra Minang

    Redaksi Fakta Hukum Nasional
    Sabtu, 15 Maret 2025, Maret 15, 2025 WIB Last Updated 2025-03-15T05:21:38Z
    masukkan script iklan disini
    banner 719x885


    Padang, Fakta Hukum Nasional _ Gempa bumi dahsyat mengguncang Padang pada senja kelabu tahun 2009. Di tengah reruntuhan dan kepanikan yang mencengkeram, suara lantang seorang pemimpin terdengar di radio, menenangkan dan mengkoordinasi. Dialah Fauzi Bahar, sang Wali Kota, yang dengan sigap mengambil alih komando, memastikan setiap nyawa yang bisa diselamatkan akan dievakuasi, dan bantuan akan segera tiba . Namun, jejak langkah Fauzi Bahar tidak hanya terukir dalam momen-momen krisis. Jauh sebelum itu, dan bahkan sesudahnya, namanya menjadi buah bibir, tidak hanya karena kepiawaiannya memimpin, tetapi juga karena kebijakan-kebijakannya yang terkadang menuai pujian sekaligus perdebatan, salah satunya adalah tentang kewajiban berjilbab bagi siswi Muslim di kota Padang . Dari seorang perwira Angkatan Laut yang gagah berani, menakhodai bahtera pemerintahan Kota Padang selama dua periode, hingga kini menjadi seorang guru besar yang disegani, kisah hidup Fauzi Bahar adalah sebuah perjalanan yang kaya akan warna dan makna .


    Fauzi Bahar dilahirkan di jantung kota Padang, tepatnya di Ikua Koto, pada tanggal 16 Agustus 1962 . Ia tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan adat Minangkabau. Ayahnya, Baharudin Amin, adalah seorang wali nagari, pemimpin adat di tingkat desa, sementara ibunya, Nurjanah Umar, adalah seorang guru agama Islam di sekolah dasar dan seorang aktivis Muhammadiyah yang gigih . Sebagai anak keempat dari enam bersaudara, Fauzi Bahar tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai kebersamaan dan tanggung jawab. Salah satu kakaknya, Fakhri Bahar, kemudian mengikuti jejak pengabdian kepada masyarakat dengan menjadi anggota DPRD Kota Padang periode 2014–2019, sementara adiknya, Fahmi Bahar, memilih jalur militer sebagai seorang perwira tinggi di TNI Angkatan Laut .


    Pendidikan dasar dan menengah Fauzi Bahar ditempuh di tanah kelahirannya. Ia mengenyam pendidikan di SD Negeri 03 Ikur Koto (1975), SMP Negeri Tabing Padang (1979), dan SMA Negeri Simpang Empat Pasaman (1982) . Sejak usia muda, Fauzi Bahar telah menunjukkan ketertarikan pada berbagai kegiatan. Ia aktif sebagai instruktur silat, seni bela diri tradisional Minangkabau, dan juga dipercaya sebagai ketua organisasi pemuda di Ikua Koto . Keterlibatannya dalam kegiatan fisik dan organisasi kemasyarakatan ini mengindikasikan jiwa kepemimpinan yang telah tumbuh sejak dini. Di bangku kuliah, ia semakin mengasah jiwa kepemimpinannya melalui keaktifannya di Resimen Mahasiswa (Menwa), bahkan hingga menduduki posisi komandan . Pengalaman di Menwa ini tidak hanya menempa kedisiplinan dan keberaniannya, tetapi juga menjadi gerbang pembuka menuju karier militernya kelak. Meskipun sempat gagal dalam tes Akabri, semangatnya untuk mengabdi kepada negara tidak pernah surut, dan ia akhirnya bergabung dengan TNI melalui jalur wajib militer .


    Tekad yang kuat untuk membaktikan diri pada bangsa dan negara mengantarkan Fauzi Bahar memasuki dunia militer. Pada tanggal 15 April 1987, ia memulai karier di TNI Angkatan Laut sebagai Kepala Sub Direktorat Jasmani dan Rekreasi pada Dinas Perawatan Personel TNI Angkatan Laut (Kasubditjasrek Watpersal) di Markas Besar TNI Angkatan Laut . Kariernya terus menanjak, dengan berbagai penugasan yang memperkaya pengalamannya. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Urusan Jasmani dan Rekreasi (Kaur Jasrek) di Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Ujungpandang pada Komando Armada Timur (Koarmatim), serta Kaur Minpers di Lanal Ujungpandang Koarmatim . Pada tahun 1991, ia kembali ke Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) sebagai Kasijasrek pada Dismin, kemudian dipercaya menjadi Paban Watpers Spers Kolinlamil . Pengalaman yang paling menantang dan membentuk karakternya adalah ketika ia bertugas di Satuan Pasukan Katak (Sapaska) Komando Armada Barat (Koarmabar) sebagai Pasiminpers . Satuan elite ini dikenal dengan tugas-tugas khusus yang membutuhkan keahlian dan keberanian luar biasa.


    Karier militer Fauzi Bahar berakhir pada tahun 2000–2003 dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel, ketika ia menjabat sebagai Perwira Menengah Dinas Potensi Maritim Angkatan Laut (Pamen Dispotmar AL) . Meskipun tidak banyak catatan spesifik tentang prestasi gemilangnya di dunia militer dalam sumber-sumber yang tersedia, pengabdiannya selama bertahun-tahun di berbagai posisi strategis, termasuk di satuan elite seperti Kopaska, tentu telah memberikannya landasan yang kuat dalam hal kepemimpinan, kedisiplinan, dan kemampuan mengambil keputusan dalam situasi sulit . Pengalaman ini terbukti sangat berharga ketika ia kemudian terjun ke dunia politik dan pemerintahan.


    Setelah mengakhiri karier militernya, Fauzi Bahar memilih jalur politik sebagai wahana pengabdian selanjutnya. Pada tahun 2003, ia terpilih sebagai Wali Kota Padang melalui sistem perwakilan di DPRD Kota Padang, menandai awal dari dua periode kepemimpinannya yang penuh warna . Pada tahun 2008, kepercayaan masyarakat Padang kembali diraihnya melalui pemilihan langsung, mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin kota untuk periode kedua (2009-2014) . Selama menjabat, Fauzi Bahar menggulirkan sejumlah program yang berorientasi pada nilai-nilai Islam, seperti program Asmaul Husna yang menggema di seluruh kota, mewajibkan siswi Muslim mengenakan jilbab, memberdayakan potensi zakat untuk kesejahteraan umat, serta berupaya memberantas berbagai bentuk kemaksiatan dan perjudian . Pemerintah Kota Padang di bawah kepemimpinannya juga mengadakan kegiatan pembacaan Asmaul Husna dan juz amma secara serentak yang berhasil meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) . Kebijakan mewajibkan jilbab bagi siswi Muslim, yang diterapkannya sejak tahun 2005, menjadi salah satu ciri khas kepemimpinannya dan kemudian menjadi bahan kajian akademis yang mengantarkannya meraih gelar profesor .


    Kepemimpinan Fauzi Bahar juga diuji oleh bencana alam dahsyat. Gempa bumi berkekuatan 7,9 skala Richter yang mengguncang Padang pada 30 September 2009, menuntut respons cepat dan tepat dari pemerintah kota. Sebagai Wali Kota, Fauzi Bahar mengambil alih situasi di lapangan, mengkoordinasi upaya penyelamatan dan bantuan, serta berinteraksi langsung dengan masyarakat yang terdampak . Ia juga memastikan proses pemulihan pasca-gempa berjalan dengan baik, termasuk dalam hal rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur . Dedikasinya dalam penanggulangan bencana bahkan telah diakui dengan penghargaan Meteorology Award dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2007 . Selain itu, Fauzi Bahar juga menggagas berbagai program pemberdayaan masyarakat, seperti optimalisasi potensi zakat dan program beras genggam, serta memperkuat kegiatan di majelis taklim dan kelompok pengajian . Ia juga memiliki visi untuk mengembangkan Kota Padang menjadi lebih baik, salah satunya dengan merelokasi Kantor Balai Kota Padang ke Air Pacah agar suasana kerja lebih lapang dan menyenangkan, serta memprakarsai pengembangan kawasan Gunung Padang sebagai destinasi wisata dengan membangun jalan lintas Air Manis . Upaya-upayanya dalam menjaga kebersihan dan lingkungan kota juga membuahkan hasil dengan diraihnya penghargaan Adipura sebanyak sembilan kali selama masa kepemimpinannya .


    Namun, kepemimpinan Fauzi Bahar juga tidak lepas dari kontroversi. Kebijakan mewajibkan jilbab bagi seluruh siswi Muslim di sekolah negeri, tanpa memandang agama, menuai kritik dari berbagai pihak yang menilai kebijakan tersebut diskriminatif dan melanggar kebebasan beragama . Meskipun ia berdalih bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi kaum perempuan dan melestarikan budaya Minangkabau yang berlandaskan syariat Islam, serta bahkan mengaitkannya dengan upaya pencegahan demam berdarah , polemik seputar kebijakan ini terus bergulir. Selain itu, di akhir masa jabatannya pada 17 Februari 2014, Fauzi Bahar juga terlibat kontroversi terkait pidatonya di rumah dinas yang mengecam Gubernur Sumatera Barat saat itu, Irwan Prayitno, dan partainya, PKS, terkait demonstrasi penolakan investasi Lippo Group di Kota Padang. Ucapan-ucapan kasarnya dalam video pidato tersebut kemudian viral dan menuai protes dari berbagai pihak .


    Setelah dua periode memimpin Kota Padang, Fauzi Bahar memiliki ambisi untuk berkiprah di tingkat provinsi. Ia tercatat dua kali mengikuti pemilihan umum gubernur Sumatera Barat . Pada pemilihan umum tahun 2010, ia maju sebagai calon gubernur berpasangan dengan Yohannes Dahlan, seorang mantan Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar. Pasangan ini diusung oleh Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) . Namun, upaya mereka untuk menduduki kursi gubernur dan wakil gubernur belum berhasil. Semangat Fauzi Bahar untuk mengabdi di tingkat provinsi tidak lantas padam. Pada pemilihan umum tahun 2015, ia kembali maju, kali ini sebagai calon wakil gubernur mendampingi Muslim Kasim. Pasangan ini didukung oleh berbagai partai politik, termasuk Golkar, PAN, PDI-Perjuangan, NasDem, Hanura, PBB, dan PKPI . Namun, lagi-lagi, takdir belum berpihak padanya, dan mereka harus mengakui kemenangan pasangan Irwan Prayitno dan Nasrul Abit .


    Selain mencoba peruntungan di Sumatera Barat, Fauzi Bahar juga sempat memiliki keinginan untuk maju sebagai bakal calon wakil gubernur Kepulauan Riau pada tahun 2018 dan 2020, namun tidak berhasil mendapatkan pasangan . Ia juga tidak berhenti berjuang di jalur politik dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI pada pemilihan umum legislatif tahun 2019 dan 2024 untuk daerah pemilihan Sumatera Barat I dari Partai NasDem, namun belum berhasil meraih kursi di parlemen . Keikutsertaannya dalam berbagai kontestasi politik ini menunjukkan dedikasinya yang berkelanjutan untuk berkontribusi bagi masyarakat dan negara melalui jalur pemerintahan.


    Setelah pensiun dari dunia militer dan menyelesaikan masa jabatannya sebagai Wali Kota Padang, Fauzi Bahar menapaki karier di bidang akademik. Ia menjadi dosen Program Studi Manajemen Bencana Fakultas Keamanan Nasional Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan) sejak tahun 2016 hingga 2023 . Pengalamannya memimpin kota yang rawan bencana seperti Padang, terutama saat menghadapi gempa bumi dahsyat tahun 2009, menjadi modal berharga dalam menyampaikan materi perkuliahan dan membimbing mahasiswa di bidang manajemen bencana . Ia juga aktif menjadi narasumber dalam berbagai forum dan seminar terkait isu-isu kebencanaan .


    Latar belakang pendidikan Fauzi Bahar juga sangat mendukung kariernya di dunia akademik. Ia meraih gelar doktorandus dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Padang (kini Universitas Negeri Padang) pada tahun 1986 di bidang Pendidikan Olahraga dan Kesehatan . Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya dan meraih gelar magister sains di bidang Ilmu Lingkungan dari Universitas Indonesia pada tahun 2002, serta gelar doktor di bidang Ilmu Pendidikan dari Universitas Negeri Padang pada tahun 2010 . Puncak karier akademiknya diraih pada tahun 2024, ketika Universitas Asean Internasional Malaysia menganugerahinya gelar Profesor . Gelar kehormatan ini diberikan atas risetnya yang berkaitan dengan kebijakan wajib jilbab untuk pelajar muslim di Kota Padang, sebuah kebijakan yang ia implementasikan sekitar 20 tahun sebelumnya . Dalam orasi ilmiahnya di hadapan sidang senat universitas, ia menyampaikan pandangannya tentang bagaimana jilbab melindungi perempuan dan menjaga adat Minangkabau . Selain itu, Fauzi Bahar juga aktif melakukan penelitian dan publikasi di berbagai jurnal ilmiah, terutama di bidang manajemen bencana dan ilmu pertahanan . Ketertarikannya pada isu-isu kebencanaan dan pertahanan menunjukkan konsistensinya dalam mengabdikan diri pada keamanan dan kesejahteraan bangsa.


    Selain karier di militer, politik, dan akademik, Fauzi Bahar juga aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dan politik. Ia pernah menjabat sebagai Ketua DPD PAN Kota Padang . Saat ini, ia mengemban amanah sebagai Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat periode 2021–2026 dan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Agama Islam (PB PGAI) Sumatera Barat periode 2021–2026 . Pada tahun 2022, ia juga terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sumatera Barat . Keterlibatannya dalam berbagai organisasi ini menunjukkan luasnya jaringan dan pengaruhnya di berbagai lapisan masyarakat Sumatera Barat.


    Pengabdian dan kontribusi Fauzi Bahar juga telah diakui melalui berbagai penghargaan. Selain Meteorology Award tahun 2007, ia juga menerima Satya Lencana Akutila dari Kejaksaan Agung Republik Indonesia pada tahun 2009 . Pada tahun 2011, ia dianugerahi Satya Lencana Pembangunan Koperasi dan UKM dari Presiden Republik Indonesia . Penghargaan Pin Emas dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga pernah diterimanya . Gelar Profesor dari ASEAN University International Malaysia pada tahun 2024 menjadi bukti pengakuan atas kontribusi akademiknya . Selain itu, ia juga menerima penghargaan dari International Dragon Boat Federation (IDBF), menunjukkan pengakuan di tingkat internasional . Berbagai penghargaan ini menjadi bukti nyata atas dedikasi dan kerja keras Fauzi Bahar dalam berbagai bidang.


    Perjalanan hidup Fauzi Bahar adalah cerminan dari seorang pemimpin yang memiliki visi dan komitmen yang kuat. Sebagai Wali Kota Padang selama dua periode, ia meninggalkan jejak yang mendalam dalam berbagai aspek kehidupan kota. Kebijakannya yang menekankan nilai-nilai Islam telah membentuk lanskap sosial dan budaya Padang selama masa kepemimpinannya . Meskipun kebijakan wajib jilbab menuai kontroversi, bagi sebagian masyarakat Padang, kebijakan tersebut dianggap sebagai upaya untuk melindungi nilai-nilai agama dan budaya Minangkabau . Di sisi lain, kepemimpinannya saat menghadapi bencana gempa bumi tahun 2009 menunjukkan ketangguhan dan kemampuannya dalam mengelola krisis, mendapatkan pengakuan baik di tingkat nasional maupun internasional . Bahkan, program-program yang ia inisiasi, seperti penekanan pada studi Al-Quran, dilanjutkan oleh penerusnya sebagai Wali Kota Padang .


    Pengaruh Fauzi Bahar juga terasa dalam politik Sumatera Barat. Meskipun belum berhasil meraih kursi gubernur, dua kali upayanya menunjukkan aspirasi yang kuat untuk memimpin provinsi. Kiprahnya sebagai Ketua LKAAM Sumatera Barat juga memberikan platform baginya untuk terus berkontribusi dalam pembangunan daerah, terutama dalam melestarikan adat dan budaya Minangkabau . Namun, pandangannya yang kuat terhadap nilai-nilai Islam juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan tertentu terkait potensi eksklusi terhadap kelompok minoritas . Di dunia akademik, Fauzi Bahar menunjukkan dedikasinya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang manajemen bencana. Pengalamannya sebagai pemimpin daerah yang pernah menghadapi bencana besar memberikan perspektif yang unik dan berharga dalam penelitian dan pengajaran di Universitas Pertahanan .


    Kisah perjalanan Fauzi Bahar adalah sebuah narasi yang kompleks dan kaya. Dari seorang pemuda yang aktif di kegiatan masyarakat, seorang perwira TNI yang berdedikasi, seorang wali kota yang kontroversial namun visioner, hingga seorang profesor yang disegani, Fauzi Bahar telah menorehkan jejak yang signifikan dalam berbagai bidang. Pengabdiannya kepada masyarakat dan negara, terutama dalam memajukan Kota Padang dan berkontribusi pada ilmu pengetahuan, menjadikannya salah satu tokoh penting di Sumatera Barat. Meskipun beberapa kebijakannya menuai perdebatan, semangatnya untuk membangun daerah dan mempertahankan nilai-nilai yang diyakininya patut untuk direfleksikan. Perjalanan hidupnya adalah sebuah epopea yang terus berlanjut, memberikan inspirasi dan pelajaran bagi generasi mendatang.


    Padang, 14 Maret 2025.

    Penulis: (Rul/And/Bose)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini